BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Abu adalah residu anorganik dari
proses pembakaran atau oksidasi komponen organik bahan pangan. Kadar abu total
adalah bagian dari analisis proksimat yang bertujuan untuk mengevalusi nilai
gizi suatu produk/bahan pangan terutama total mineral. Kadar abu dari suatu
bahan menunjukkan total mineral yang terkandung dalam bahan tersebut
(Aprilianto, 1988). Mineral itu sendiri terbagi menjadi 4, yaitu:
1. Garam organik: garam-garam
asam malat, oksalat, asetat, pektat
2. Garam anorganik: garam
fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat
3. Senyawa komplek:
klorofil-Mg, pektin-Ca, mioglobin-Fe, dll
4. Kandungan abu dan
komposisinya tergantung macam bahan dan cara pengabuannya.
Penentuan kandungan mineral dalam
bahan pangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan penentuan abu total
dan penentuan individu komponen mineral (makro &trace mineral) menggunakan titrimetrik, spektrofotometer, AAS (atomic absorption spectrofotometer). (
Aprilianto, 1988)
Pengabuan
merupakan tahapan persiapan contoh yang harus dilakukan dalam anailisis
elemen-elemen mineral (individu). Metode pengabuan terdiri dari dua cara yaitu
pengabuan basah dan pengabuan kering.
Pada
praktikum kali ini, akan dilakukan penentuan kadar abu dengan metode pengabuan
kering. Sedangkan sampel yang akan digunakan adalah makanan sereal ENERGEN dan
CEREVITA. Metode pengabuan kering adalah metode pengabuan dengan menggunakan
tanur ( 500 0C – 600 0C) selama ± 3 jam.
1.2 Tujuan
A. Untuk mengetahui cara analisa kadar
abu dalam bahan pangan
B. Untuk mengukur kadar abu dalam bahan
pangan dengan menggunakan metode kering
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Metode pengabuan kering dan pengabuan basah
2.1.1
Pengabuan Kering
Pengabuan ini menggunakan panas
tinggi dan adanya oksigen. Biasanya digunakan dalam analisis kadar abu . Metode
pengabuan cara kering banyak dilakuakan untuk analisis kadar abu. Caranya
adalah dengan mendestruksi komponen organik contoh dengan suhu tinggi di dalam
suatu tanur (furnace) pengabuan, tanpa terjadi nyala api sampai terbentuk abu
berwarna putih keabuan dan berat tetap (konstan) tercapai. Oksigen yang
terdapat di dalam udara bertindak sebagai oksidator.Oksidasi komponen organik dilakukan
pada suhu tinggi 500-6000C. Residu yang tertinggal
ditimbang dan merupakan total abu dari suatu contoh. (Fauzi, 2006)
Sampel yang digunakan pada metode pengabuan kering
ditempatkan dalam suatu cawan pengabuan yang dipilih berdasarkan sifat bahan yang
akan dianalisis serta jenis analisis lanjutan yang akan dilakukan terhadap abu.
Jenis-jenis bahan yang digunakan untuk pembuatan cawan antara lain adalah
kuarsa, vycor, porselen, besi, nikel, platina, dan campuran
emas-platina. Cawan porselen paling umum digunakan untuk pengabuan karena
beratnya relatif konstan setelah pemanasan berulang-ulang dan harganya yang
murah.Meskipun demikian cawan porselen mudah retakk, bahkan pecah jika
dipanaskan pada suhu tinggi dengan tiba-tiba.
Sebelum
diabukan, sampel-sampel basah dan cairan biasanya dikeringkan lebih dahulu di
dalam oven pengering. Pengeringan ini dapat pula dilakukan menentukan kadar air
sampel. Pra-pengabuan dilakukan di atas api terbuka, terutama untuk
sampel-sampel yang seluruh sampel mengering dan tidak mengasap lagi. Setelah
perlakuan ini, baru sampel dimasukkan ke dalam tanur (furnace)Apabila
pengabuan yang berkepanjangan tidak dapat menghasilkan abu bebas karbon (carbon
free ash), residu harus dibasahi lagi dengan air, dikeringkan dan kemudian
diabukan sampai didapat abu berwarna putih ini, residu dapat pula
diperlakukan dengan hidrogen peroksida, asam nitrat dan atau asam
sulfat, tetapi perlu diingat bahwa perlakukan ini akan mengubah bentuk mineral
yang ada di dalam abu.(Fauzi, 2006)
Jika diperlukan, dapat pula residu yang belum bebas karbon dilarutkan dalam
sejumlah kecil air dan kemudian disaring dengan kertas saring berkadar abu
rendah. Kedua bagian ini kemudian diabukan kembali secara terpisah
1.2.2 Pengabuan Basah
Pengabuan ini menggunakan
oksidator-oksidator kuat (asam kuat).Biasanya digunakan untuk penentuan
individu komponen mineral. Pengabuan merupakan tahapan persiapan
contoh.Pengabuan cara basah ini dilakukan dengan mendestruksi komponen-komponen
organik (C, H, dan O) bahan dengan oksidator seperti asam kuat. Pengabuan cara
ini dilakukan untuk menentukan elemen-elemen mineral. Cara ini lebih baik dari
cara kering karena pengabuan cara kering lama dan terjadi kehilangan mineral
karena suhu tinggi. (Fauzi, 2006)
Prinsip pengabuan cara basah adalah
memberi reagen kimia (asam kuat) pada bahan sebelum pengabuan. Bahan tersebut
dapat berupa:
a.
Asam sulfat yang berfungsi sebagai bahan pengoksidasi kuat yang dapat
mempercepat reaksi oksidasi.
b.
Campuran asam sulfat & potasium sulfat. K2SO4
menaikkan titik didih H2SO4 menyebabkan suhu pengabuan
tinggi sehingga pengabuan berlangsung cepat.
c.
Campuran asam sulfat & asam nitrat .Campuran ini banyak digunakan selain
itu capuran ini merupakan oksidator kuat. Memiliki suhu difesti dibawah 3500C.
d.
Campuran asam perklorat & asam nitrat untuk bahan yang sulit mengalami
oksidasi campuran ini baik untuk digunakan karena pengabuan sangat cepat ± 10
menit. Perklorat bersifat mudah meledak. ( Sudarmadji , 2003)
2.2 Penjelasan bahan baku
2.2.1 ENERGEN
Energen adalah minuman susu dan
sereal yang cocok untuk menghilangkan rasa lapar. Minuman ini juga mengandung
karbohidrat, paduan vitamin, mineral dan protein yang dibutuhkan tubuh dalam
komposisi yang tepat.Energen adalah susu dan sereal yang diperkaya sigmavit,
yaitu paduan vitamin, mineral dan protein dalam jumlah dan komposisi yang tepat
yang dibutuhkan tubuh dalam fase pertumbuhan, perkembangan dan pemeliharaan
kesehatan. Di dalam energen terkandung berbagai macam minerl yang memungkinkan
kita untuk meneliti kadar abu didalamnya.
2.2.2 CEREVITA
Cerevita Cerealdikenal
juga sebagai serealatau
biji-bijian yang merupakan sekelompok tanaman yang ditanam untuk dipanen
biji/bulirnya sebagai sumber karbohidrat/pati.Di Malaysia disebut sebagai
bijirin.Kebanyakan serealia merupakan anggota dari suku padi-padian dan disebut
sebagai serealia sejati. Anggota yang paling dikenal dan memiliki nilai ekonomi
tinggi, sehingga dikenal sebagai serealia utama adalah padi, jagung, gandum,
gandum durum, jelai, haver, dan gandum hitam. Beberapa tanaman penghasil bijian
yang bukan padi-padian juga sering disebut serealia semu (pseudocereals);
mencakup buckwheat, bayam biji (seed amaranth), dan kinoa.Beberapa serealia
juga dikenal sebagai pakan burung berkicau, seperti jewawut dan berbagai jenis
milet.Walaupun menghasilkan pati, tanaman seperti sagu, ketela pohon, atau
kentang tidak digolongkan sebagai serealia karena bukan dipanen bulir/bijinya.
Serealia dibudidayakan secara besar-besaran di seluruh dunia, melebihi semua
jenis tanaman lain dan menjadi sumber energi bagi manusia dan ternak. Di
sebagian negara berkembang, serealia seringkali merupakan satu-satunya sumber karbohidrat. Istilah
"serealia" diambil dari nama dewi pertanian bangsa Romawi: Ceres.OAT
(Gandum) Zat Gizi: Magnesium, Seng, Zat Besi, Asam Folat, Vit. B5, Silikon
Manfaat: Menurunkan kolesterol darah, menstabilkan gula darah, mengatasi
sembelit STRAWBERRY Zat Gizi: Provitamin A, Vitamin B1, B & C, Antioksidan
Folat, Potassium, Asam Ellagic Manfaat: Melawan zat radikal, menyusutkan kadar
kolesterol, meredam gejala stroke, anti alergi dan anti radang, menghaluskan
kulit dan mencerahkan warna kulit, memutihkan dan membersihkan permukaan gigi.(Winarno, 1997)
2.2.3 INDOMIE
Indomie
merupakan mi instan tanpa kuah yang sejenis dengan mi goreng tradisional
yang dapat ditemui di restoran-restoran atau penjaja makanan di pinggiran jalan
di Indonesia. Mi
instan ini dapat ditemui di supermarket pada bagian pasta dan beras, atau pada
toko-toko grosir di Asia Pasifik dan jaringan supermarket lokal lainnya. Mi
Goreng tersedia di negara-negara yang memiliki populasi Asia terbanyak, seperti Australia. Mi ini
juga populer di negara-negara Teluk Persia sepertiQatar, dan mulai memasuki Amerika Serikat.
Setiap kemasan Mi Goreng Biasa
memiliki berat bersih/netto 85g, dan berisi 2 bumbu sachet, yang terdiri dari
bumbu dalam bentuk "bubuk" dan "cair". Sachet pertama
terbagi menjadi 3 bagian yang terdiri dari: kecap manis, saus cabe dan minyak
bumbu. Sachet kedua terbagi menjadi 2: bumbu dalam bentuk bubuk dan bawang
goreng
Indomie diklaim
sebagai makanan yang sehat dan bergizi oleh produsennya. Produk mi instan ini
disebut memiliki berbagai kandungan gizi sepertienergi, protein, niasin, asam folat,
mineral zat besi, natrium,
dan berbagai vitamin seperti vitamin A, B1, B6, dan B12. Meskipun begitu, konsumsi
Indomie yang terlalu sering tidak dianjurkan, sebab Indomie mengandung pewarna tartrazine yang tidak baik bagi kesehatan apabila dikonsumsi dalam
jangka panjang.
Komposisi
:
Mi:
Tepung terigu, minyak sayur, tepung tapioka, garam, pemantap (nabati dan
natrium tripolifosfat), pengatur keasaman, mineral (zat besi), pewarna
(tartrazin CI 19140), antioksidan (TBHQ).
Bumbu:
Gula, garam, penguat rasa mononatrium glutamat (MSG), bubuk bawang putih, bubuk
bawang bombay, perisa ayam (mengandung penguat rasa dinatrium inosinat dan guanilat),
bubuk lada dan vitamin (A, B1, B6, B12, Niasin, Asam Folat, Pantotenat).
Minyak:
Minyak sayur dan bawang merah.
Kecap
Manis: Gula (mengandung sulfit), air, kedelai, gandum, garam, bumbu dan
rempah-rempah, pengawet (natrium benzoat), minyak nabati.
Saus
Cabe:
Cabe, air, gula, garam, pengental, pengatur keasaman, bumbu, penguat rasa
(mononatrium glutamat, dinatrium inosinat dan guanilat), perisa, pengawet
(natrium benzoat dan natrium metabisulfit).
Bawang
Goreng (mengandung antioksidan TBHQ) (Slamet,dkk, 1989 )
2.2.4 MIE SEDAP
Mie Goreng
Sedaap adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
Mie Goreng mengandung energi sebesar 117 kilokalori, protein 1,9 gram,
karbohidrat 15,6 gram, lemak 5,1 gram, kalsium 5,6 miligram, fosfor 0 miligram,
dan zat besi 0,44 miligram. Selain itu di dalam Mie Goreng juga terkandung
vitamin A sebanyak 34 IU, vitamin B1 0,04 miligram dan vitamin C 0 miligram.
Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 25 gram Mie Goreng
dengan jumlah yang dapat dimakan.
.
2.4.5 Milo
2.4.5 Milo
Milo adalah sebuah merek minuman dengan rasa cokelat dan malt. Minuman ini diproduksi oleh Nestlé,
minuman ini sebenarnya berasal dariAustralia namun saat ini sudah diproduksi di berbagai negara, termasuk Singapura, Filipina, Selandia Baru, India, Vietnam, AfrikaSelatan,Jamaika, Jepang, Cile, Thailand, Malaysia, Indonesia, Nigeria, Kenya, Syria, dan Ghana. Nama Milo berasal dari Milo
of Croton, seorang atletYunani yang terkenal.
2.4.6 Anget Sari
Anget Sari adalah salah satu brand
produk minuman dari Forisa. Produk minuman ini berupa serbuk dengan bahan dasar
dari jahe. Anget Sari terbuat dari bahan alami yang berkualitas tinggi. Produk
ini juga diproduksi melalui serangkaian proses yang higienis. Cita rasa Anget
Sari sangat enak, juga dapat menghangatkan tenggorokan dan badan. Anget sari
sangat sesuai diminum pada saat kondisi cuaca dingin atau pada saat bersantai.
Minuman serbuk ini tersedia dalam varian rasa yaitu, susu jahe, kopi jahe, teh
jahe, wedang jahe, jahe jeruk nipis. Untuk menyajikannya, tinggal menuang satu
sachet Anget Sari ke dalam secangkit air panas. Saat ini ANGET SARI hadir
dalam kategori kopi jahe, susu jahe dan wedang jahe.
2.4.7 Good Day
Good Day Cappucino
merupakan satu produk dari PT. Santos Jaya Abadi. PT. Santos Jaya Abadi adalah
perusahaan multinasional yang memproduksi minuman yang bermarkas di Jakarta,
Indonesia. Beralamat di Jalan Taman Jatibaru Barat no. 1-3 Jakarta Pusat.
Perusahaan ini mewarisi tradisi sekental kopinya. Sebagai usaha keluarga
pemilik merk kopi terbesar di Indonesia, akar perusahaan ini mulai tumbuh dari
sebuah industri rumah tangga (Kopi instan & cappuccino Good
Day,kopi gaul paling enak) sederhana di Surabaya. Di mana lebih dari 79 tahun silam pada
tahun 1927, Sang Pelopor Go Soe Loet memproduksi kopi terkenalnya.
2.3
Prinsip analisa
Prinsip analisa kadar abu dengan
cara kering tau dengan di tanur yaitu jumlah mineral atau abu merupakan sisa
pembakaran bahan bahan organik maupun anorganik bahan pangan dan hasil
pertanian pada suhu 500-600 derajat celcius.Pengabuan cara
kering digunakan untuk penentuan total abu, abu larut, tidak larut air dan
tidak larut asam. Waktu pengabuan lama, suhu yang diperlukan tinggi, serta
untuk analisis sampel dalam jumlah banyak. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam melakukan pengabuan cara kering, yaitu mengusahakan suhu
pengabuan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kehilangan elemen secara
mekanis karena penggunaan suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya
penguapan beberapa unsur, seperti K, Na, S, Ca, Cl, dan P.
2.4
Manfaat menganalisa Kadar Abu
1. Menentukan baik tidaknya suatu
pengolahan
Dalam penggilingan gandum, misalnya apabila masih banyak katul atau lembaga yang terikut maka tepung gandum tersebut akan memiliki kadar abu yang tinggi
Dalam penggilingan gandum, misalnya apabila masih banyak katul atau lembaga yang terikut maka tepung gandum tersebut akan memiliki kadar abu yang tinggi
2. Mengetahui jenis bahan yang digunakan
Penentuan kadar abu dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan buah yang digunakan dalam marmalade atau jelly. Kandungan abu juga dapat dipakai untuk menentukan atau membedakan fruit vinegar (asli) atau sintesis
3. Penentuan parameter nilai gizi pada bahan makanan
Adanya kandungan abu yang tidak larut dalam asam yang cukup tinggi menunjukkan adanya pasir atau kotoran yang lain.
4. untuk mengethuim kandungan
mineral yang terkandung dalam suatu bahan pangan. (Irawati , 2008)
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan bahan
Dalam analisa kadar abu dalam bahan
pangan alat yang digunaka n yaitu kurs porselin, eksikator, oven, neraca
analitik, spatula, gunting , tanur dan spidol. Sedangkan bahan yang digunakan
sebagai sampel analisis yaitu energen, cerevira, good day , milo, indomie , mie
sedaap, dan gingseng .
3.2 Prosedur analisa
Analisis
kadar abu pada bahan panagn diawali dengan menyiapkan kurs porselin. Kurs
tersebut kemudian di oven selama 15 menit menggunakan suhu 50 C. perlakuan ini
bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan adanya air dalam pori pori kurs
porselin. Selanjutnya kurs dieksikator selama 5 menit untuk mempertahan RH.
Kemudian kurs ditimbang sebagai berat A. kemudian sampel ditimbang seberat 3 gr
dengan 3 kali pengulangan dan dimasukan ke dalam kurs. Alat dan bahan tersebut
kemudiian ditimbang dan didapat berat B. setelah ditimbang sampel dikeringkan
denagn cara ditanur. Pentanuran ini dilakukan 2 tahap. Tahap pertama denagn
skala 30-40 dengan tujuan agar senyawa senyawa volatile dalam bahan tidak
hilang, kemudian skala dinaikan denagn skala 60-80 untuk mendapatkan abu yang
baik. Pentanuran dilakukan dengan 2 tahap agar tidak merusak alat yang
digunakan . kemudian sampel ditimbang untuk mendapatkan berat C.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1
Mie Instan (indomie)
Ulangan
|
Berat Kurs Porselin (g)
|
Berat bahan (g)
|
berat kurs porselin +
bahan
|
berat kurs porselin +
bahan setelah pengabuan
|
berat bahan setelah
pengeringan
|
berat abu
|
kadar abu (bb)
|
kadar abu (bk)
|
1
|
8,005
|
3
|
11,002
|
8,038
|
2,964
|
0,036
|
1,2
|
1,215
|
2
|
8,531
|
3
|
11,539
|
8,566
|
2,973
|
0,027
|
0,9
|
0,908
|
3
|
11,92
|
3
|
14,927
|
11,945
|
2,982
|
0,018
|
0,6
|
0,604
|
rata-rata
|
|
|
|
|
|
|
0,9
|
0,909
|
SD
|
|
|
|
|
|
|
0,3
|
0,305
|
RSD
|
|
|
|
|
|
|
33,333
|
33,614
|
4.1.2
Mie Instan (sedaap)
Ulangan
|
Berat Kurs Porselin (g)
|
Berat bahan (g)
|
berat kurs porselin +
bahan
|
berat kurs porselin +
bahan setelah pengabuan
|
berat bahan setelah
pengeringan
|
berat abu
|
kadar abu (bb)
|
kadar abu (bk)
|
1
|
18,241
|
3
|
21,255
|
18,288
|
2,967
|
0,033
|
1,1
|
1,112
|
2
|
10,722
|
3
|
13,293
|
10,316
|
2,977
|
0,023
|
0,767
|
0,773
|
3
|
10,97
|
3
|
13,99
|
11,017
|
2,973
|
0,027
|
0,9
|
0,908
|
rata-rata
|
|
|
|
|
|
|
0,922
|
0,931
|
SD
|
|
|
|
|
|
|
0,168
|
0,171
|
RSD
|
|
|
|
|
|
|
18,192
|
18,364
|
4.1.3
Milo
Ulangan
|
berat kurs porselin
|
berat bahan
|
berat kurs porselin +
bahan
|
berat kurs porselin +
bahan setelah pengabuan
|
berat bahan setelah
pengeringan
|
berat abu
|
kadar abu (bb)
|
kadar abu (bk)
|
1
|
8,005
|
3,004
|
11,01
|
8,04
|
2,969
|
0,035
|
1,165
|
1,179
|
2
|
11,78
|
3,004
|
14,78
|
11,81
|
2,974
|
0,03
|
0,999
|
1,009
|
3
|
8,531
|
3,002
|
11,53
|
8,561
|
2,972
|
0,03
|
0,999
|
1,009
|
rata-rata
|
|
|
|
|
|
|
1,054
|
1,066
|
SD
|
|
|
|
|
|
|
0,009
|
0,01
|
SD
|
|
|
|
|
|
|
0,096
|
0,098
|
RSD
|
|
|
|
|
|
|
9,096
|
9,198
|
4.1.4
Good day
ulangan
|
berat kurs porselin
|
berat bahan
|
berat kurs porselin + bahan
|
berat kurs porselin + bahan setelah pengabuan
|
berat bahan setelah pengeringan
|
berat abu
|
bb
|
Bk
|
1
|
10,7
|
3,01
|
13,73
|
10,77
|
2,96
|
0,046
|
1,53
|
1,554
|
2
|
18,2
|
3
|
21,25
|
18,28
|
2,97
|
0,039
|
1,298
|
1,315
|
3
|
11
|
3
|
13,97
|
11,01
|
2,96
|
0,04
|
1,332
|
1,35
|
Rata-rata
|
1,387
|
1,407
|
||||||
SD
|
0,125
|
0,129
|
||||||
RSD
|
9,031
|
9,163
|
4.1.5
Energen
Ulangan
|
berat kurs porselin
|
berat bahan
|
berat kurs porselin +
bahan
|
berat kurs porselin +
bahan setelah pengabuan
|
berat bahan setelah
pengeringan
|
berat abu
|
kadar abu (bb)
|
kadar abu (bk)
|
1
|
8,407
|
3,008
|
11,415
|
8,445
|
2,97
|
0,038
|
1,263
|
1,279
|
2
|
11,932
|
3,009
|
14,941
|
11,999
|
2,942
|
0,067
|
2,227
|
2,277
|
3
|
8,539
|
3,002
|
11,541
|
8,61
|
2,931
|
0,071
|
2,365
|
2,422
|
rata-rata
|
|
|
|
|
|
|
1,952
|
1,993
|
SD
|
|
|
|
|
|
|
0,36
|
0,387
|
SD
|
|
|
|
|
|
|
0,6
|
0,622
|
RSD
|
|
|
|
|
|
|
30,751
|
31,22
|
4.1.6
Cerevita
Ulangan
|
berat kurs porselin
|
berat bahan
|
berat kurs porselin +
bahan
|
berat kurs porselin +
bahan setelah pengabuan
|
berat bahan setelah
pengeringan
|
berat abu
|
kadar abu (bb)
|
kadar abu (bk)
|
1
|
10,989
|
3,03
|
14,019
|
11,018
|
3,001
|
0,029
|
0,957
|
0,966
|
2
|
10,879
|
3,035
|
13,889
|
10,872
|
3,017
|
0,018
|
0,593
|
0,597
|
3
|
18,24
|
3,007
|
21,247
|
18,267
|
2,98
|
0,027
|
0,898
|
0,906
|
rata-rata
|
|
|
|
|
|
|
0,816
|
0,823
|
SD
|
|
|
|
|
|
|
0,038
|
0,039
|
SD
|
|
|
|
|
|
|
0,195
|
0,198
|
RSD
|
|
|
|
|
|
|
23,937
|
24,102
|
4.1.7
Anget Sari
Ulangan
|
berat kurs porselin
|
berat bahan
|
berat kurs porselin +
bahan
|
berat kurs porselin +
bahan setelah pengabuan
|
berat bahan setelah
pengeringan
|
berat abu
|
kadar abu (bb)
|
kadar abu (bk)
|
1
|
10,976
|
3,016
|
13,992
|
11,006
|
2,986
|
0,03
|
0,995
|
1,005
|
2
|
10,703
|
3,019
|
13,722
|
10,737
|
2,985
|
0,034
|
1,126
|
1,139
|
3
|
19,491
|
3,02
|
22,511
|
19,52
|
2,991
|
0,029
|
0,96
|
0,97
|
rata-rata
|
|
|
|
|
|
|
1,027
|
1,038
|
SD
|
|
|
|
|
|
|
0,008
|
0,008
|
SD
|
|
|
|
|
|
|
0,088
|
0,089
|
RSD
|
|
|
|
|
|
|
8,527
|
8,618
|
4.1.8
Gingseng
Ulangan
|
berat kurs porselin
|
berat bahan
|
berat kurs porselin + bahan
|
berat kurs porselin +
bahan setelah pengabuan
|
berat bahan setelah
pengeringan
|
berat abu
|
kadar abu (bb)
|
kadar abu (bk)
|
1
|
8,541
|
3,015
|
11,556
|
8,598
|
2,958
|
0,057
|
1,891
|
1,927
|
2
|
18,244
|
3,007
|
21,251
|
18,305
|
2,946
|
0,061
|
2,029
|
2,071
|
3
|
7,993
|
3,016
|
11,009
|
8,052
|
2,957
|
0,059
|
1,956
|
1,995
|
rata-rata
|
|
|
|
|
|
|
1,958
|
1,998
|
SD
|
|
|
|
|
|
|
0,005
|
0,005
|
SD
|
|
|
|
|
|
|
0,069
|
0,072
|
RSD
|
|
|
|
|
|
|
3,526
|
3,596
|
4.2
Pembahasan
Abu merupakan
zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Pengabuan
merupakan suatu proses pemanasan bahan dengan suhu sangat tinggi selama
beberapa waktu sehingga bahan akan habis terbakar dan hanya tersisa zat
anorganik berwarna putih keabu-abuan yang disebut abu. Kandungan abu dan
komposisinya bergantung pada macam bahan dan cara pengabuan yang digunakan. Kandungan
abu dari suatu bahan menunjukkan kadar mineral dalam bahan tersebut.(Muchtadi ,1989)
Pengabuan
dilakukan untuk menentukan jumlah mineral yang terkandung dalam bahan.
Penentuan kadar mineral bahan secara asli sangatlah sulit sehingga perlu
dilakukan dengan menentukan sisa hasil pembakaran atas garam mineral bahan
tersebut. Pengabuan dapat menyebabkan hilangnya bahan-bahan organik dan
anorganik sehingga terjadi perubahan radikal organik dan segera terbentuk
elemen logam dalam bentuk oksida atau bersenyawa dengan ion-ion negatif.
Penentuan abu
total dilakukan dengan tujuan untuk menentukan baik tidaknya suatu proses
pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, serta dijadikan parameter
nilai gizi bahan makanan. (Krisno.dkk
, 2001).
Pada
praktikum kali ini menggunakan sampel
energen, cerevita, good day, milo, indomie, mie sedap, anget sari dan gingseng
sereal . Analisa kadar
abu pada minuman sereal yaitu energen diperoleh rata-rata kadar abu sebesar
1,956 % dengan nilai SD sebesar 0,60 dan nilai RSD 30,67. Pada sampel minuman
sereal cerevita diperoleh rata-rata kadar abu sebesar 0,822 dengan nilai SD
sebesar 0,195 dan nilai RSD 23,72. Sedangkan pada sampel minuman sereal
gingseng diperoleh rata-rata kadar abu sebesar 1,967 % dengan nilai SD sebesar
0,067 dan nilai RSD 4,40. Sedangkan menurut literatur yang telah ada kadar abu
minuman cereal sebesar 1,5 %, namun pada sampel energen, cerevita dan gingseng
kadar abunya berkisar turut-turut sebesar 1,956; 0,822 dan 1,967. Dari hal
tersebut menunjukkan bahwa sampel energen dan ginseng tidak memenuhi nilai
kadar abu pada literatur. Sedangkan pada sampel cerevita telah sesuai dengan
standar dari literatur. Berdasarkan nilai SD dan RSD nya, sampel energen
memiliki ketepatan dan ketelitian yang cukup rendah karena minuman tersebut
memiliki nilai SD > 0,5 dan nilai RSD >5. Sedangkan pada sampel cerevita
dan gingseng memiliki derajat ketepatan yang cukup tinggi karena nilai SD yang
dihasilkan sebesar <0,5 dan memiliki ketelitian yang rendah karena nilai RSD
yang dihasilkan >5.
Berdasarkan
hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil analisa kadar abu pada ,sampel minuman
serbuk yaitu goodday diperoleh hasil rata-rata kadar abu sebesar 1,39 % dengan
nilai SD sebesar 0,125 dan nilai RSD sebesar 8,9. Pada sampel milo diperoleh
rata-rata kadar abu sebesar 1,056 % dengan nilai SD 0,097 dan nilai RSD 9,1.
Sedangkan pada sampel angetsari diperoleh hasil rata-rata kadar abu sebesar
1,033% dengan nilai SD 0,229 dan nilai RSD 22,16. Dari data tersebut
menunjukkan bahwa kadar abu pada masing-masing sampel tersebut telah sesuai
dengan literatur, karena menurut literatur bahwa kadar abu pada minuman serbuk
maksimal sebesar 1,5. Sedangkan berdasarkan nilai SD dan RSD pada sampel
godday, milo dan angetsari, memiliki ketepatan yang tinggi karena memiliki
nilai SD sebesar < 0,5 dan memiliki tingkat ketelitian yang cukup rendah
karena memiliki nilai RSD >5.
Pada
sampel indomie , hasil yang diperoleh pada mie instan indomie rata-rata kadar abu sebesar 1,033 % dengan
nilai SD sebesar 0,177 dan nilai RSD 17,134. Sedangkan pada sampel mie instan
sedaap didapatkan hasil rata-rata kadar abu sebesar 1,3 % dengan nilai SD
sebesar 0,462 % dan RSD 35,53. Sedangkan dalam literatur, kadar abu pada mi
instan kering kering maksimal sebesar 3%. Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar
abu pada mie kering indomie dan mie sedaap telah sesuai dengan literatur yang
ada. Berdasarkan dari hasil nilai SD dan RSD, sampel mie instan indomie dan
sedaap memiliki ketepatan yang cukup tinggi karena standar nilai SD (ketepatan)
adalah < 0,5 dan nilai ketelitian
(RSD) yang sangat rendah karena memiliki nilai > 5. Dari hasil tersebut dapt
diketahui bahwa derajat ketelitian dan ketepatannya cukup tinggi.
Berdasarkan
analisa diatas dapat diketahui bahwa kadar abu tertinggi ada pada sampel
gingseng yang memiliki kadar abu sebesar 1,967% dan kadar abu terendah ada pada
sampel cerevita yang memiliki kadar abu sebesar 0,822%. Sehingga dalam minuman
gingseng kandungn mineral terkandung lebih banyk dari yang lainnya. Dan pada
minumn cerevita kandungan mineralny sedikit,
BAB
5 . PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari
hasilo praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Pengabuan
merupakan suatu proses pemanasan bahan dengan suhu sangat tinggi selama
beberapa waktu sehingga bahan akan habis terbakar dan hanya tersisa zat
anorganik berwarna putih keabu-abuan yang disebut abu.
2. Abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik
3. Kandungan abu dalam suatu bahan menunjukkan kadar mineral dalam bahan.
4. Ada dua macam metode penentuan abu, yaitu cara kering dan cara basah.
5. Pada tahap I (suhu 300oC) terjadi penguapan bahan-bahan organik
sekaligus kandungan airnya (sampai asap habis).
6. Pada tahap II (suhu 800oC) terjadi proses pengabuan semua
bahan-bahan organik menjadi abu (sampai tanda alarm dimatikan).
7. Pengovenan berguna untuk menguapkan air yang terdapat atau menempel pada
krus porselen sehingga tidak mengganggu analisis.
8. Eksikator bertujuan untuk menyeimbangkan kelembapan relatif (RH)
krus dengan kelembapan udara/lingkungan sehingga krus tidak mudah menarik air
dari udara/lingkungan dan tidak mengganggu ketepatan analisis.
9. Semakin kecil
kadar abu yang diperoleh, maka kandungan mineral dalam bahan juga akan semakin
kecil.
10. Dari semua bahan , bahan yang
mempunyai kadar abu paling rendah yaitu cerevita dan yang tertinggi yaitu pada
gingseng.
11. Semalkin tinggi RSD maka
katelitan bahan semakin rendah.
5.2Saran
Sebaiknya hasil pengamatan di
baningkan dengan literatur, bukan dengan kelompok lain karena tiap kelompok
bahan yang digunakan berbeda. Otomatis kadar abu yang terkandung dalam tiap
tiap bhan berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono , Anton.1988. Analisis
Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB :
Bogor
Fauzi, M. 2006. Analisa Pangan
dan Hasil Pertanian. Handout.Jember: FTP UNEJ.
Irawati.2008.MODUL PENGUJIAN MUTU
1.Diploma IV PDPPTK VEDCA.Cianjur
Krisno , Budiyanto, Agus. 2001.
Dasar Dasar Ilmu Gizi. UMM Press ; Malang
Muchtadi ,D. 1989. Petunjuk
Laboratorium : Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Depdikbud- Dirjen dikti , PAU Pangan dan Gizi. IPB : Bogor
Slamet, S.,
Bambang, H., & Suhardi. (1989). Analisa bahan makanan dan pertanian edisi pertama. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta.
Sudarmadji.dkk.2003.Prosedur
Analisa Bahan Makanan Dan Pertanian.Liberti.Yogyakarta.
Winarno, F. G.
1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Zainal, Arifin.
(2008). Beberapa unsur mineral esensial mikro dalam sistem biologi
dan metode analisisnya. Jurnal
Litbang Pertanian, 27(3),104.
LAMPIRAN
1. Kadar
Abu BB (Basis Basah)
Rumus :
a. Mie
instan Indomie
·
Ulangan 1
·
Ulangan 2
·
Ulangan 3
·
Rata – rata = = 1,033 %
·
SD =
=
= 0,177 %
·
RSD = = 17,134 %
0 komentar:
Posting Komentar