WELCOME TO MY BLOG'S
Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

ANALISA KADAR LEMAK PADA BAHAN PANGAN



BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Lemak merupakan senyawa organik yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam zat pelarut organik non polar, seperti aseton, alkohol, eter, benzena, kloroform dan sebagainya Lipid tersusun atas rantai hidrokarbon panjang berantai lurus, bercabang, atau membentuk struktur siklis. Sebagai bahan makanan lemak mempunyai peranan yang penting, yaitu kandungan kalorinya sangat tinggi sehingga penting untuk dikonsumsi oleh orang yang sedang mengerjakan tugas fisik yang berat, lemak dapat memberikan citarasa kelezatan yang lebih menarik, lemak esensial merupakan prekursor pembentukan hormon tertentu seperti prostaglandin, lemak juga berperan sebagai penyusun membran yang sangat penting untuk berbagai tugas metabolisme, lemak juga dapat melarutkan berbagai vitamin, yaitu vitamin A, D, E dan K. Oleh karena itu mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung lemak akan menjamin penyediaan vitamin-vitamin tersebut untuk keperluan tubuh dan lemak dalam tubuh mempunyai peranan yang penting, karena lemak cadangan yang ada yang ada dalam tubuh dapat melindungi berbagai organ yang penting.
Penetapan kadar lemak dengan ektraksi menggunakan pelarut pada bahan merupakan analisa kadar lemak kasar karena tidak hanya lemak saja yang ikut terekstraksi, tetapi juga fosfolipid, asam lemak bebas, karotenoid, dan pigmen larut lemak lainnya.
Untuk menentukan kadar lemak bahan hasil pertanian dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu penetapan kadar lipid bahan padat dan bahan cairan. Prinsip penetapan lipid bahan padat adalah penggunaan pelarut organik yang memiliki polaritas sama dengan polaritas lipid untuk mengekstraksi lipid. Sedangkan prinsip penetapan lipid bahan cairan dilakukan dengan merusak lipid yang berupa emulsi dalam cairan menggunakan asam sulfat pekat, garam yang bersifat anion atau hidrofilik yang mengakibatkan salting out dari protein yang berfungsi sebagai emulsifier sehingga akan didapatkan minyak yang mengapung di permukaan cairan yang dapat diukur jumlahnya.
Oleh karena itu, perlu kiranya melakukan kegiatan praktikum kali ini guna mengetahui cara penetapan kadar lipid pada bahan hasil pertanian.

1.2  TUJUAN

-          Untuk mengetahui analisis kadar lemak pada bahan pangan hasil pertanian dengan menggunakan metode soxhlet termodifika.


                       BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penjelasan Bahan Baku
            2.1.1 Tempe
            Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapangRhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe".
Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.Tempe memiliki komposisi dan nilai gizi yang lebih besar daripada kedelai. Kandungan komposisi zat gizi tempe rata-rata dalam 100 gram adalah 149 kalori, terdiri dari 64% air, 18.3% protein, 4% lemak, 12.7% karbohidrat, 0.129% kalsium, 0.154% fosfor, dan 0.01% zat besi (Santoso 2005). 
Asam lemak yang dominan pada tempe adalah asam lemak tidak jenuh yaitu sekitar 80% dari total asam lemak. Asam lemak tidak jenuh tersebut bersifat esensial yang berarti tidak disintesa dalam tubuh dan harus diperoleh dari makanan. Asam lemak tidak jenuh esensial dominan yang terdapat dalam tempe adalah asam linoleat, asam oleat, dan asam linolenat (Utari 2011).  Asam lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan kandungan kolesterol dalam serum sehingga dapat menetralkan efek negatif sterol tubuh (Santoso 2005; Astawan 2009).
Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam.
Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe. Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak patennya sehingga penggunaannya dilindungi undang-undang (memerlukan lisensi dari pemegang hak paten).

2.1.2 Kacang Tanah
Kacang tanah merupakan tanaman polong-polongan atau legum kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatannamun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia yang beriklim tropis atau subtropis. Republik Rakyat Cina dan India merupakan penghasil kacang tanah terbesar dunia.
Dilihat dari kandungan gizinya, kacang tanah memiliki nilai gizi yang  tinggi. Kadar protein mencapai 25 gram per 100 gram. Protein kacang merupakan  protein nabati berkualitas tinggi yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak,  vegetarian dan orang yang mengkonsumsi sedikit daging. Kadar lemak kacang tanah merupakan bahan pangan sumber minyak. Kadar lemak kacang tanah mencapai 43 gram per 100 gram. Kacang tanah kaya akan asam lemak tidak jenuh yang dapat menurunkan kolesterol darah (Astawan, 2009).
Kacang tanah kaya dengan lemak, mengandung protein yang tinggi, zat besi, vitamin E dan kalsium, vitamin B kompleks dan fosforus, vitamin A dan K, lesitin, kolin dan kalsium. Kandungan protein dalam kacang tanah adalah jauh lebih tinggi dari daging, telur dan kacang soya. Mengkonsumsi satu ons kacang tanah lima kali seminggu dilaporkan dapat mencegah penyakit jantung. Kacang tanah mengandung omega 3 yang merupakan lemak tak jenuh ganda dan omega 9 yang merupakan lemak tak jenuh tunggal. Dalam 1 ons kacang tanah terdapat 18 gram omega 3 dan 17 gram omega 9. (Apriyantono A et al. 1989.)

2.2 Macam Macam Lemak
A. Berdasarkan senyawa penyusunnya, lipid dibedakan atas lipid sederhana, lipid kompleks/majemuk dan lipid derivat.
1.Lipid sederhana (netral) merupakan ester asam lemak dengan alkohol
Contohnya adalah lilin (ester asam lemak dengan gliserol) dan lilin (ester asam lemak dengan alkohol selain gliserol)
2.Lipid majemuk/kompleks merupakan ester asam lemak dengan alkohol dan gugus lain/komponen non lipid lain seperti fosfat, protein,dan gula
Contohnya adalah fosfolipid (punya gugus fosfat), proteolipid (punya gugus protein), glikolipid (punya gugus gula)
3.Lipid derivat merupakan senyawa turunan lipid.
Contohnya adalah asam lemak, alkohol, sterol, hidrokarbon
B. Lemak berdasarkan komposisi asam lemak yang  dikandungnya  yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang  tidak mempunyai ikatan rangkap, contoh : Asam Stearat (C18:0). Sedangkan asam  lemak tidak jenuh adalah asam lemak yang mempunyai 1 atau lebih ikatan rangkap. Asam lemak tidak jenuh ini di bagi 3 yaitu :
1. Mempunyai 1 ikatan rangkap (MUFA : Mono Unsaturated Fatty Acid) Contoh : Asam Oleat (C18:1).
2. Mempunyai 2 ikatan rangkap (DUFA : Di Unsaturated Fatty Acid) Contoh : Asam Linoleat (C18:2).
3. Mempunyai lebih dari 3 ikatan rangkap (PUFA : Poly Unsaturated Fatty Acid) Contoh : Asam Linolenat (C18:3). (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1996)
C. lemak berdasarkan asalnya yaitu lemak nabati dan lemak hewani. Lemak hewani  berasal dari hewan dan sebagian besar minyak nabati mengandung asam lemak rantai panjang, minyak kelapa sawit mengandung asam lemak rantai sedang, asam lemak rantai sangat panjang terdapat dalam minyak ikan. Titik cair asam lemak meningkat dengan bertambahnya rantai karbon. Asam lemak terdiri dari rantai karbon yang mengikat semua hidrogen dinamakan asam lemak jenuh.
Lemak secara kimiawi tersusun oleh sekelompok senyawa yang berbeda. Dalam bahan makanan lemak dapat terdiri dari dua bentuk, yaitu yang tampak (visible) dan yang tidak tampak (invisible). Lemak yang tampak misalnya mentega, margarin, minyak goreng dan sebagainya. Lemak yang tidak tampak misalnya yang terdapat dalam berbagai bahan makanan seperti daging, kacang tanah, susu, telur, dan sebagainya. (Sediaoetama AD. 2008.)
                               
2.3 Prinsip Analisa
Penetapan kadar lipid bahan hasil pertanian yang berbentuk padat dapat dilakukan dengan metode Soxhlet modifikasi. Prinsip analisa lemak metode Soxhlet modifikasi adalah ekstraksi lemak dengan pelarut lemak (seperti benzene, petroleum eter, dll). Pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi lemak harus memiliki derajat polaritas yang sama dengan lemak yang akan dianalisis. Ekstraksi ini dapat dilakukan secara terputus-putus. Pelarut yang memiliki titih didih lebih rendah akan diuapkan dan dikondensasi saat melewati kondensor lalu pelarut akan jatuh membasahi bahan dan lemak bahan akan terekstraksi sekitar 4-6 jam, ditunggu hingga pelarut turun kembali dan sisa/residu lemak akan dioven untuk menguapkan sisa pelarut lalu ditimbang hingga dicapai berat konstan kemudian dapat ditentukan persentase kadar lemaknya yaitu nisbah berat lemak terhadap berat sampel dikali 100% . (Buckle, K.A. 1987)

2.4 Penyebab Kerusakan pada Lemak
      Penyebab kerusakana pada lemak antara lain :
1.Penyerapan bau
Lipid mudah sekali menyerap bau. Jika bahan pembungkus bahan dapat menyerap lipid, maka lipid yang terserap dapat teroksidasi oleh udara sehingga rusak dan berbau. Bau dari lipid yang rusak ini akan mudah terserap oleh lipid lain yang ada dalam bungkusan sehingga seluruh lipid akan menjadi rusak .(Tejasari. 2005)
2.Hidrolisis
Lipid dapat terhidrolisis menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis ini berlangsung karena adanya air dan dipercepat oleh adanya kondisi basa, kondisi asam, maupun enzim lipase. Jumlah asam lemak bebas yang meningkat pada bahan dapat memudahkan terjadinya oksidasi sehingga akan menghasilkan citarasa dan bau tengik yang tidak dikehendaki.
3.Oksidasi dan ketengikan
Ketengikan disebabkan oleh adanya autooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lipid. Autooksidasi ini dimulai dengan pembentukan radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh faktor, seperti oksigen, panas, enzim lipoksidase, cahaya, hidroperoksida, logam berat Cu, Fe, Mn, Co, dan logam porfirin. Radikal asam lemak tidak jenuh yang kontak dengan oksigen dari udara akan membentuk peroksida aktif yang dapat membentuk hidroperoksida yang bersifat sangat tidak stabil dan mudah pecah menjadi senyawa dengan rantai karbon lebih pendek, seperti aldehid, asam lemak, dan keton yang bersifat volatil sehingga dapat menimbulkan bau tengik pada lipid. (Ketaren, 1986)


BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

1.1Alat dan Bahan

1.1.1           Alat
Dalam praktikum analisa kadar lemak alat yang digunakan antara lain :
Lumpang mortal, penyangrai, penggerus, timbangan (neraca analitik), pemanas listrik, oven, eksikator , alat kukus, alat penggorengan, kompor,soxhlet.

1.1.2           Bahan
Bahan yang digunakan yaitu  kertas saring, benang, alumunium foil, kacang mentah, kacang kukus, kacang sangrai, tempe goreng, tempe kukus, protolium benzen.

1.2 Prosedur analisa

1.2.1 Preparasi
Preparasi yaitu persiapan alat dan bahan sebelum melakukan praktikum. Hal pertama yang dilakukan yaitu kertas saring dan benang di oven selama 24 jam denagn tujuan  menghilangkan kadar air pada kertas saring dan benang. Selanjutnya  dimasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit, tujuannya adalah untuk menstabilkan RH dan kelembapan karena jika dalam kondisi panas dilakukan penimbangan, otomatis akan mempengaruhi berat benda yang ditimbang. Kemudian ditimbang dan hasilnya disebut berat A. Selanjutnya  bahan yang akan d ekstrak lemaknya di masukkan pada kertas saring dan di ikat dengan dengan benang. Kemudian   di oven selama 24 jam untuk menghilangkan kadar air pada bahan yang baru di masukkan.

1.1.3           Praktikum

Setelah 24 jam, bahan  dikeluarkan dari oven untuk selanjutnya di masukkan eksikator selama 15 menit, fungsi eksikator yaitu untuk menstabilkan RH dan kelembapan. Selanjutnya ditimbang (sebagai b gram) untuk mengetahu berat bahan+kertas saring +benang setelah mengalami proses pengovenan. Bahan yang telah ditimbang  di masukkan pada soxhlet, untuk mengekstrak lemak yang terkandung dalam bahan. Kemudian di tambahkan protolium benzene yang berguna  sebagai senyawa pelarut lemak, karena lemak merupakan senyawa non polar maka ia bisa larut juga dengan pelarut non polar. Selanjutnya bahan di soxhlet selam 4-6 jam.  Waktu yang digunakan merupakan waktu optimum untuk ekstraksi lemak. Kemudian bahan di oven selama 24 jam, bertujuan untuk menghilangkan kandungan protolium benzene yang terdapat pada bahan. Kemudian bahan yang telah dioven dimasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit untuk menstabikan RH dan kelembapan. Bahan yang telah dieksikator ditimbang dn hasilnya disebut berat C.






  

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

1.      Kacang Tanah Mentah
a.       Soxhlet Modifikasi
Ulangan
Kertas + benang
 (A g)
Bahan+kertas+benang ( B g)
Bahan+kertas+benangsetelah di oven sebelumsoxhlet (C g)
Bahan+kertas+benangsetelah di oven setelahsoxhlet ( D g)
Lemak (g)
Kadar LemakBahanBasah (%,bb)
1
0,777
5.008
5.785
4.649
3.444
22,68723
2
0,76
5.006
5.766
4.618
3.269
22,93596
3
0,765
5.002
5.767
4.678
3.411
21,77462
Rata2
22,46594
SD
0,713339
RSD
3,1752

b. Soxhlet Biasa
 Biasa
5.005
0,762
5.772
4.648
3.374
22,46096











2.      Tempe Rebus
a.       Soxhlet Modifikasi

Ulangan
Kertas + benang
 (A g)
Bahan+kertas+benang ( B g)
Bahan+kertas+benang setelah di oven sebelum soxhlet (C g)
Bahan+kertas+benang setelah di oven setelah soxhlet ( D g)
Lemak (g)
Kadar Lemak Bahan Basah (%,bb)
1
0,755
5,758
2,593
2,43
0,163
3,25804517
2
0,764
5,765
2,605
2,44
0,165
3,29934013
3
0,734
5,738
2,543
2,399
0,144
2,87769784
rata2
3,14502772
SD
0,26891987
RSD
8,55063604


b. Soxhlet Biasa
Biasa
0,789
5,784
2,606
2,43
0,176
3,52352352
Berat Labu Kecil ( A )
37,561 g
Berat Labu Kecil + Lemak ( B )
37,772 g
Berat Bahan
4,995 g
Kadar Lemak
0,211
% Lemak
4,224224224 %







3.      Kacang Tanah Sangrai
a.       Soxhlet Modifikasi

Ulangan
Kertas + benang
 (A g)
Bahan+kertas+benang ( B g)
Bahan+kertas+benangsetelah di oven sebelumsoxhlet (C g)
Bahan+kertas+benangsetelah di oven setelahsoxhlet ( D g)
Lemak (g)
Kadar LemakBahanBasah (%,bb)
1
0,658
4,736
4,726
2,877
1,849
45,34085
2
0,727
4,741
4,735
2,964
1,771
44,12058
3
0,66
4,672
4,672
2,872
1,8
44,8654
Rata2
44,77561
SD
0,615073
RSD
1,373679

b. Soxhlet Biasa
labulemak (a gram)
sampel
sample setelahperlakuan
labu+lemak
kadarlemak
34,486
4,628
2,669
39,056
45,7


4.2 Pembahasan
Dari hasil analisa kadar lemak pada bahan pangan dengan emnggunkan sampel berupa tempe rebus, kacang tanah dan kacang sangrai dengan menggunakan metode soxclet modifikasi i, untuk sampel kacang tanah mentah kadar lemak rata-rata diperoleh sebesar 22,46594% dengan nilai SD 0,713339% dan RSD 3,1752%. Sedangkan kadar lemak metode soxhlet biasa diperoleh kadar lemak 22,46096%. Dari kedua metode tersebut terdaapat media yang berbeda.. Menurut literatur kadar lemak kacang tanah mentah memiliki kadar lemak sebesar 42,8%, sedangkan kadar lemak kacang tanah pada saat analisa sebesar ± 22,4%, hal ini tidak sesuai dengan hasil analisa terhadap literatur.  Penyebab ini disebabkan karena pada saat ekstraksi waktu yang diperlukan untuk mengekstrak lemak kurang maksimal, sehingga analisa penetapan kadar lemak sudah dihentikan sebelum waktunya. Berdasarkan nilai SD dan RSDnya, analisa penetapan kadar lemak memiliki ketepatan yang dan ketelitian yang tinggi. Karena nilai SDnya <0,5 dan RSDnya >5. Data ini tentu menyimpang dari data kadar lemak yang didapatkan karena tidak sesuai dengan literatur.
Untuk sampel tempe rebus, kadar lemak yang diperoleh rata-rata yaitu 3,14502772% dengan nilai SD 0,26891987% dan RSD 8,55063604%. Sementara pada metode soxhlet biasa didapatkan kadar lemak sebesar 4,224224224 %. Dari data tersebut menunjukan bahwa metode analisa soxclhet biasa lebih akurat.  Hal ini dapat disebabkan karena pada metode soxhlet biasa yang ditimbang adalah berat lemak yang terekstrak, bukan bobot yang hilang. Menurut literatur kadar tempe rebus kurang lebih 2,89 %, sedangkan pada sampel yang dianalisa menunjukkan bahwa kadar lemaknya 3,14502772%. Sehingga kadar lemaknya sudah sesuai literatur.  Berdasarkan nilai SD dan RSDnya, analisa kadar lemak metode soxhlet memiliki ketepatan yang tinggi karena memiliki nilai SD <0,5 dan ketelitian yang rendah karena nilai RSDnya >5.
Untuk  sampel kacang tanah sangrai diperoleh kadar lemak rata-rata 44,77561% dengan nilai SD  0,615073% dan RSD 1,373679%. Sedangkan pada metode soxhlet biasa kadar lemaknya adalah 45,7%. Sama halnya dengan analisa kadar lemak pada tempe rebus bahwa analisa kadar lemak denag menggunakan metode sochlet biasa lebih akurat. Hal ini terjadi karena pada metode soxhlet biasa lemak yang terekstrak yang ditimbang sedangkan pada modifikasi kehilangan bobotnya yang dihitung. Dalam literatur menunjukan bahwa  dengan pemberian perlakuan panas maka lemak akan dengan mudah dan cepat terekstrak, sehingga lemak yang didapatkan juga banyak. Dari hasil praktikum didpat kadar lemak pada sampel kacang tanah yang masih mentah yaitu dengan nilai 22,4%, tentunya nilai ini sangat jauh dari nilai kadar lemak modifikasi yang telah mencapai 45%. Literatur juga menyebutkan bahwa kadar lemak pada kacang adalah 42,8%, sehingga sampel kacang sangrai telah sesuai dengan literatur. Berdasarkan nilai SD dan RSD kacang tanah sangrai dapat diketahui bahwa sampel kacang tanah sangrai memiliki ketepatan dan ketelitian yang sangat rendah. Hal ini dikarenakan nilai SD >0,5 dan RSD >5.
Sehingga dari pembahasan diatas dapat dikatakan bahwa kadar lemak pada kacang tanah sangrai lebih besar dari pada pada kacang tanah mentah dan tempe rebus. Hali ini karena adanya perlakuan pendahuluan yaitu pemanasan sehingga banyak lemak yang terekstrak keluar.










BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari kasil praktikum yang telah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan bahwa :
1.Lipid merupakan senyawa organik yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut non polar,seperti benzene, petroleum eter, aseton, kloroform, dan alkohol.
2.Penyebab kerusakan lipid adalah karena adanya penyerapan bau (tainting), hidrolisis, dan oksidasi serta ketengikan.
3.Sifat fisik lipid adalah lemak berwujud padat dan minyak berwujud cair pada suhu kamar, lemak padat berwarna putih kekuningan, tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar seperti eter, alkohol, aseton, khloroform, benzene, lemak besifat plastis
4.Sifat kimia lipid adalah tersusun atas ester asam lemak dengan gliserol atau dengan gugus senyawa lain dan mudah teroksidasi
5.Prinsip analisa lemak metode Soxhlet modifikasi adalah ekstraksi lemak dengan pelarut lemak (seperti benzene, petroleum eter, dll). Pelarut akan diuapkan dan dikondensasi saat melewati kondensor lalu pelarut membasahi bahan dan lemak bahan akan terekstraksi hingga pelarut turun kembali dan sisa lemak akan dioven lalu ditimbang serta ditentukan persentase kadar lemaknya.
6.Pengovenan bertujuan untuk menghilangkan kadar air kertas saring, kadar air bahan serta menguapkan sisa zat pelarut lemak
7.Eksikator bertujuan untuk menyeimbangkan kelembapan relatif bahan terhadap lingkungan sehingga bahan tidak mudah menarik uap air dari lingkungan
8.Petroleum benzene/eter bertujuan untuk mengekstraksi/ melarutkan lemak pada bahan karena lemak hanya dapat larut pada pelarut organik non polar.
9. Kadar lemak pada kacang sangrai palaing tinggi karena adanaya perlakuan pendahuluan yaitu pemanasan sehingga lemaknya terekstark keluar lebih banyak.
5.2 Saran
            Tolong logbooknya dikembalikan biar bisa buat ngerjakan laporan.

















DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono A et al. 1989. Analisis Pangan. Bogor: IPB Press.
Astawan, M., 2009. Selai kacang lemak baik. http://kompas.co.id [20 oktober  2013].
Astuti, M. (1999) History of the Development of Tempe. Di dalam Agranoff, J., hlm. 2–13.
Buckle, K.A. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press)
Brian J. Sharkey. (2003). Kebugaran Dan Kesehatan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Buckle et al. 2007. Food Science. Penerjemah: Purnomo&Adiono. Jakarta: UI
Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1996. Daftar Komposisi Kimia Bahan Makanan. Bhatara Karya Aksara, Jakarta.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta : UI-Press.
Sediaoetama AD. 2008. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian
Rakyat
Susanto, T. dan B. Saneto, 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Bina Ilmu, Surabaya.
Tejasari. 2005. Nilai Gizi Pangan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Widianarko . 2002. Tips Pangan ”Teknologi, Nutrisi, dan Keamanan Pangan”.                 Grasindo. Jakarta

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar