BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Lemak merupakan senyawa organik yang
tidak larut dalam air, tetapi larut dalam zat pelarut organik non polar,
seperti aseton, alkohol, eter, benzena, kloroform dan sebagainya Lipid tersusun
atas rantai hidrokarbon panjang berantai lurus, bercabang, atau membentuk
struktur siklis. Sebagai bahan makanan lemak
mempunyai peranan yang penting, yaitu kandungan kalorinya sangat tinggi
sehingga penting untuk dikonsumsi oleh orang yang sedang mengerjakan tugas
fisik yang berat, lemak dapat memberikan citarasa kelezatan yang lebih menarik,
lemak esensial merupakan prekursor pembentukan hormon tertentu seperti
prostaglandin, lemak juga berperan sebagai penyusun membran yang sangat penting
untuk berbagai tugas metabolisme, lemak juga dapat melarutkan berbagai vitamin,
yaitu vitamin A, D, E dan K. Oleh karena itu mengkonsumsi bahan makanan yang
mengandung lemak akan menjamin penyediaan vitamin-vitamin tersebut untuk
keperluan tubuh dan lemak dalam tubuh mempunyai peranan yang penting, karena
lemak cadangan yang ada yang ada dalam tubuh dapat melindungi berbagai organ
yang penting.
Penetapan kadar lemak dengan
ektraksi menggunakan pelarut pada bahan merupakan analisa kadar lemak kasar
karena tidak hanya lemak saja yang ikut terekstraksi, tetapi juga fosfolipid,
asam lemak bebas, karotenoid, dan pigmen larut lemak lainnya.
Untuk menentukan kadar lemak bahan
hasil pertanian dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu penetapan kadar lipid
bahan padat dan bahan cairan. Prinsip penetapan lipid bahan padat adalah
penggunaan pelarut organik yang memiliki polaritas sama dengan polaritas lipid
untuk mengekstraksi lipid. Sedangkan prinsip penetapan lipid bahan cairan
dilakukan dengan merusak lipid yang berupa emulsi dalam cairan menggunakan asam
sulfat pekat, garam yang bersifat anion atau hidrofilik yang mengakibatkan
salting out dari protein yang berfungsi sebagai emulsifier sehingga akan
didapatkan minyak yang mengapung di permukaan cairan yang dapat diukur
jumlahnya.
Oleh karena itu, perlu kiranya
melakukan kegiatan praktikum kali ini guna mengetahui cara penetapan kadar
lipid pada bahan hasil pertanian.
1.2 TUJUAN
-
Untuk mengetahui
analisis kadar lemak pada bahan pangan hasil pertanian dengan menggunakan
metode soxhlet termodifika.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penjelasan Bahan Baku
2.1.1 Tempe
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapangRhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh.
stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi ini
secara umum dikenal sebagai "ragi tempe".
Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis
senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh
manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam
tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.Tempe memiliki komposisi dan nilai gizi yang
lebih besar daripada kedelai. Kandungan komposisi zat gizi tempe rata-rata
dalam 100 gram adalah 149 kalori, terdiri dari 64% air, 18.3% protein, 4%
lemak, 12.7% karbohidrat, 0.129% kalsium, 0.154% fosfor, dan 0.01% zat besi
(Santoso 2005).
Asam lemak yang dominan pada tempe adalah asam lemak tidak jenuh yaitu
sekitar 80% dari total asam lemak. Asam lemak tidak jenuh tersebut bersifat
esensial yang berarti tidak disintesa dalam tubuh dan harus diperoleh dari makanan.
Asam lemak tidak jenuh esensial dominan yang terdapat dalam tempe adalah asam
linoleat, asam oleat, dan asam linolenat (Utari 2011). Asam lemak tidak jenuh mempunyai efek
penurunan kandungan kolesterol dalam serum sehingga dapat menetralkan efek negatif
sterol tubuh (Santoso 2005; Astawan 2009).
Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi
komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas.
Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam.
Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe
sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe
diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang lebih
cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe. Beberapa pihak
mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan
pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak patennya sehingga penggunaannya dilindungi undang-undang (memerlukan
lisensi dari pemegang hak paten).
2.1.2 Kacang Tanah
Kacang
tanah merupakan tanaman polong-polongan atau legum kedua terpenting setelah
kedelai di Indonesia. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatannamun saat ini
telah menyebar ke seluruh dunia yang beriklim tropis atau subtropis. Republik
Rakyat Cina dan India merupakan penghasil kacang tanah terbesar dunia.
Dilihat
dari kandungan gizinya, kacang tanah memiliki nilai gizi yang tinggi. Kadar protein mencapai 25 gram per
100 gram. Protein kacang merupakan
protein nabati berkualitas tinggi yang sangat diperlukan untuk
pertumbuhan anak, vegetarian dan orang
yang mengkonsumsi sedikit daging. Kadar lemak kacang tanah merupakan bahan
pangan sumber minyak. Kadar lemak kacang tanah mencapai 43 gram per 100 gram.
Kacang tanah kaya akan asam lemak tidak jenuh yang dapat menurunkan kolesterol
darah (Astawan, 2009).
Kacang
tanah kaya dengan lemak, mengandung protein yang tinggi, zat besi, vitamin E
dan kalsium, vitamin B kompleks dan fosforus, vitamin A dan K, lesitin, kolin
dan kalsium. Kandungan protein dalam kacang tanah adalah jauh lebih tinggi dari
daging, telur dan kacang soya. Mengkonsumsi satu ons kacang tanah lima kali
seminggu dilaporkan dapat mencegah penyakit jantung. Kacang tanah mengandung
omega 3 yang merupakan lemak tak jenuh ganda dan omega 9 yang merupakan lemak
tak jenuh tunggal. Dalam 1 ons kacang tanah terdapat 18 gram omega 3 dan 17
gram omega 9. (Apriyantono A et al. 1989.)
2.2 Macam Macam Lemak
A. Berdasarkan
senyawa penyusunnya, lipid dibedakan atas lipid sederhana, lipid
kompleks/majemuk dan lipid derivat.
1.Lipid
sederhana (netral) merupakan ester asam lemak dengan alkohol
Contohnya adalah lilin (ester asam
lemak dengan gliserol) dan lilin (ester asam lemak dengan alkohol selain
gliserol)
2.Lipid
majemuk/kompleks merupakan ester asam lemak dengan alkohol dan gugus
lain/komponen non lipid lain seperti fosfat, protein,dan gula
Contohnya adalah fosfolipid (punya
gugus fosfat), proteolipid (punya gugus protein), glikolipid (punya gugus gula)
3.Lipid derivat
merupakan senyawa turunan lipid.
Contohnya adalah asam lemak, alkohol,
sterol, hidrokarbon
B. Lemak berdasarkan komposisi asam lemak
yang dikandungnya yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak
jenuh. Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang
tidak mempunyai ikatan rangkap, contoh : Asam Stearat (C18:0). Sedangkan
asam lemak tidak jenuh adalah asam lemak
yang mempunyai 1 atau lebih ikatan rangkap. Asam lemak tidak jenuh ini di bagi
3 yaitu :
1. Mempunyai 1 ikatan rangkap (MUFA : Mono Unsaturated Fatty Acid)
Contoh : Asam Oleat (C18:1).
2. Mempunyai 2 ikatan rangkap (DUFA : Di Unsaturated Fatty Acid) Contoh
: Asam Linoleat (C18:2).
3. Mempunyai lebih dari 3 ikatan rangkap (PUFA : Poly Unsaturated Fatty
Acid) Contoh : Asam Linolenat (C18:3). (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 1996)
C. lemak
berdasarkan asalnya yaitu lemak nabati dan lemak hewani. Lemak hewani berasal dari hewan dan sebagian besar minyak
nabati mengandung asam lemak rantai panjang, minyak kelapa sawit mengandung
asam lemak rantai sedang, asam lemak rantai sangat panjang terdapat dalam
minyak ikan. Titik cair asam lemak meningkat dengan bertambahnya rantai karbon.
Asam lemak terdiri dari rantai karbon yang mengikat semua hidrogen dinamakan
asam lemak jenuh.
Lemak secara kimiawi tersusun oleh sekelompok
senyawa yang berbeda. Dalam bahan makanan lemak dapat terdiri dari dua bentuk,
yaitu yang tampak (visible) dan yang tidak tampak (invisible).
Lemak yang tampak misalnya mentega, margarin, minyak goreng dan sebagainya.
Lemak yang tidak tampak misalnya yang terdapat dalam berbagai bahan makanan
seperti daging, kacang tanah, susu, telur, dan sebagainya. (Sediaoetama
AD. 2008.)
2.3 Prinsip Analisa
Penetapan kadar lipid bahan hasil pertanian yang berbentuk
padat dapat dilakukan dengan metode Soxhlet modifikasi. Prinsip analisa lemak
metode Soxhlet modifikasi adalah ekstraksi lemak dengan pelarut lemak (seperti
benzene, petroleum eter, dll). Pelarut yang digunakan untuk
mengekstraksi lemak harus memiliki derajat polaritas yang sama dengan lemak
yang akan dianalisis. Ekstraksi ini dapat dilakukan secara terputus-putus.
Pelarut yang memiliki titih didih lebih rendah akan diuapkan dan dikondensasi
saat melewati kondensor lalu pelarut akan jatuh membasahi bahan dan lemak bahan
akan terekstraksi sekitar 4-6 jam, ditunggu hingga pelarut turun kembali dan
sisa/residu lemak akan dioven untuk menguapkan sisa pelarut lalu ditimbang
hingga dicapai berat konstan kemudian dapat ditentukan persentase kadar
lemaknya yaitu nisbah berat lemak terhadap berat sampel dikali 100% . (Buckle, K.A.
1987)
2.4 Penyebab Kerusakan pada Lemak
Penyebab
kerusakana pada lemak antara lain :
1.Penyerapan bau
Lipid mudah sekali menyerap bau. Jika
bahan pembungkus bahan dapat menyerap lipid, maka lipid yang terserap dapat
teroksidasi oleh udara sehingga rusak dan berbau. Bau dari lipid yang rusak ini
akan mudah terserap oleh lipid lain yang ada dalam bungkusan sehingga seluruh lipid
akan menjadi rusak
.(Tejasari. 2005)
2.Hidrolisis
Lipid dapat terhidrolisis menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis ini berlangsung karena
adanya air dan dipercepat oleh adanya kondisi basa, kondisi asam, maupun enzim
lipase. Jumlah asam lemak bebas yang meningkat pada bahan dapat memudahkan
terjadinya oksidasi sehingga akan menghasilkan citarasa dan bau tengik yang
tidak dikehendaki.
3.Oksidasi dan
ketengikan
Ketengikan disebabkan oleh adanya
autooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lipid. Autooksidasi ini
dimulai dengan pembentukan radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh faktor,
seperti oksigen, panas, enzim lipoksidase, cahaya, hidroperoksida, logam berat
Cu, Fe, Mn, Co, dan logam porfirin. Radikal asam lemak tidak jenuh yang kontak
dengan oksigen dari udara akan membentuk peroksida aktif yang dapat membentuk
hidroperoksida yang bersifat sangat tidak stabil dan mudah pecah menjadi
senyawa dengan rantai karbon lebih pendek, seperti aldehid, asam lemak, dan
keton yang bersifat volatil sehingga dapat menimbulkan bau tengik pada lipid. (Ketaren, 1986)
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
1.1Alat dan Bahan
1.1.1
Alat
Dalam praktikum analisa kadar lemak alat yang
digunakan antara lain :
Lumpang mortal, penyangrai, penggerus, timbangan (neraca analitik), pemanas
listrik, oven, eksikator , alat kukus, alat penggorengan, kompor,soxhlet.
1.1.2
Bahan
Bahan
yang digunakan yaitu kertas saring,
benang, alumunium foil, kacang mentah, kacang kukus, kacang sangrai, tempe
goreng, tempe kukus, protolium benzen.
1.2 Prosedur analisa
1.2.1 Preparasi
Preparasi yaitu persiapan alat dan bahan
sebelum melakukan praktikum. Hal pertama yang dilakukan yaitu kertas saring dan
benang di oven selama 24 jam denagn tujuan
menghilangkan kadar air pada kertas saring dan benang. Selanjutnya dimasukkan ke dalam eksikator selama 15
menit, tujuannya adalah untuk menstabilkan RH dan kelembapan karena jika dalam
kondisi panas dilakukan penimbangan, otomatis akan mempengaruhi berat benda
yang ditimbang. Kemudian ditimbang dan hasilnya disebut berat A. Selanjutnya bahan yang akan d ekstrak lemaknya di masukkan
pada kertas saring dan di ikat dengan dengan benang. Kemudian di oven selama 24 jam untuk menghilangkan
kadar air pada bahan yang baru di masukkan.
1.1.3
Praktikum
Setelah 24 jam, bahan dikeluarkan dari oven untuk selanjutnya di
masukkan eksikator selama 15 menit, fungsi eksikator yaitu untuk menstabilkan
RH dan kelembapan. Selanjutnya ditimbang (sebagai b gram) untuk mengetahu berat
bahan+kertas saring +benang setelah mengalami proses pengovenan. Bahan yang
telah ditimbang di masukkan pada
soxhlet, untuk mengekstrak lemak yang terkandung dalam bahan. Kemudian di
tambahkan protolium benzene yang berguna sebagai senyawa pelarut lemak, karena lemak
merupakan senyawa non polar maka ia bisa larut juga dengan pelarut non polar.
Selanjutnya bahan di soxhlet selam 4-6 jam.
Waktu yang digunakan merupakan waktu optimum untuk ekstraksi lemak. Kemudian
bahan di oven selama 24 jam, bertujuan untuk menghilangkan kandungan protolium
benzene yang terdapat pada bahan. Kemudian bahan yang telah dioven dimasukkan
ke dalam eksikator selama 15 menit untuk menstabikan RH dan kelembapan. Bahan
yang telah dieksikator ditimbang dn hasilnya disebut berat C.
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
1. Kacang
Tanah Mentah
a. Soxhlet
Modifikasi
Ulangan
|
Kertas
+ benang
(A g)
|
Bahan+kertas+benang
( B g)
|
Bahan+kertas+benangsetelah
di oven sebelumsoxhlet (C g)
|
Bahan+kertas+benangsetelah
di oven setelahsoxhlet ( D g)
|
Lemak (g)
|
Kadar LemakBahanBasah (%,bb)
|
1
|
0,777
|
5.008
|
5.785
|
4.649
|
3.444
|
22,68723
|
2
|
0,76
|
5.006
|
5.766
|
4.618
|
3.269
|
22,93596
|
3
|
0,765
|
5.002
|
5.767
|
4.678
|
3.411
|
21,77462
|
Rata2
|
22,46594
|
|||||
SD
|
0,713339
|
|||||
RSD
|
3,1752
|
b. Soxhlet Biasa
Biasa
|
5.005
|
0,762
|
5.772
|
4.648
|
3.374
|
22,46096
|
2.
Tempe Rebus
a.
Soxhlet
Modifikasi
Ulangan
|
Kertas +
benang
(A g)
|
Bahan+kertas+benang
( B g)
|
Bahan+kertas+benang
setelah di oven sebelum soxhlet (C g)
|
Bahan+kertas+benang
setelah di oven setelah soxhlet ( D g)
|
Lemak (g)
|
Kadar Lemak Bahan Basah (%,bb)
|
1
|
0,755
|
5,758
|
2,593
|
2,43
|
0,163
|
3,25804517
|
2
|
0,764
|
5,765
|
2,605
|
2,44
|
0,165
|
3,29934013
|
3
|
0,734
|
5,738
|
2,543
|
2,399
|
0,144
|
2,87769784
|
rata2
|
3,14502772
|
|||||
SD
|
0,26891987
|
|||||
RSD
|
8,55063604
|
b.
Soxhlet Biasa
Biasa
|
0,789
|
5,784
|
2,606
|
2,43
|
0,176
|
3,52352352
|
Berat Labu Kecil ( A )
|
37,561 g
|
Berat Labu Kecil + Lemak ( B )
|
37,772 g
|
Berat Bahan
|
4,995 g
|
Kadar Lemak
|
0,211
|
% Lemak
|
4,224224224 %
|
3.
Kacang Tanah
Sangrai
a.
Soxhlet
Modifikasi
Ulangan
|
Kertas
+ benang
(A g)
|
Bahan+kertas+benang
( B g)
|
Bahan+kertas+benangsetelah
di oven sebelumsoxhlet (C g)
|
Bahan+kertas+benangsetelah
di oven setelahsoxhlet ( D g)
|
Lemak (g)
|
Kadar LemakBahanBasah (%,bb)
|
1
|
0,658
|
4,736
|
4,726
|
2,877
|
1,849
|
45,34085
|
2
|
0,727
|
4,741
|
4,735
|
2,964
|
1,771
|
44,12058
|
3
|
0,66
|
4,672
|
4,672
|
2,872
|
1,8
|
44,8654
|
Rata2
|
44,77561
|
|||||
SD
|
0,615073
|
|||||
RSD
|
1,373679
|
b.
Soxhlet Biasa
labulemak (a gram)
|
sampel
|
sample setelahperlakuan
|
labu+lemak
|
kadarlemak
|
34,486
|
4,628
|
2,669
|
39,056
|
45,7
|
4.2
Pembahasan
Dari
hasil analisa kadar lemak pada bahan pangan dengan emnggunkan sampel berupa
tempe rebus, kacang tanah dan kacang sangrai dengan menggunakan metode soxclet
modifikasi i, untuk sampel kacang tanah mentah kadar lemak
rata-rata diperoleh sebesar 22,46594% dengan nilai SD 0,713339% dan RSD 3,1752%. Sedangkan kadar lemak metode soxhlet biasa diperoleh
kadar lemak 22,46096%. Dari kedua metode tersebut terdaapat media
yang berbeda.. Menurut literatur kadar lemak kacang tanah mentah memiliki kadar
lemak sebesar 42,8%, sedangkan kadar lemak kacang tanah pada saat analisa
sebesar ± 22,4%, hal ini tidak sesuai dengan hasil analisa terhadap
literatur. Penyebab ini disebabkan
karena pada saat ekstraksi waktu yang diperlukan untuk mengekstrak lemak kurang
maksimal, sehingga analisa penetapan kadar lemak sudah dihentikan sebelum
waktunya. Berdasarkan nilai SD dan RSDnya, analisa penetapan kadar lemak
memiliki ketepatan yang dan ketelitian yang tinggi. Karena nilai SDnya <0,5
dan RSDnya >5. Data ini tentu menyimpang dari data kadar lemak yang
didapatkan karena tidak sesuai dengan literatur.
Untuk
sampel tempe rebus, kadar lemak yang diperoleh rata-rata yaitu 3,14502772% dengan nilai SD 0,26891987% dan RSD 8,55063604%. Sementara pada
metode soxhlet biasa didapatkan kadar lemak sebesar 4,224224224 %. Dari data tersebut
menunjukan bahwa metode analisa soxclhet biasa lebih akurat. Hal ini dapat disebabkan karena pada metode
soxhlet biasa yang ditimbang adalah berat lemak yang terekstrak, bukan bobot
yang hilang. Menurut literatur kadar tempe rebus kurang lebih 2,89 %, sedangkan
pada sampel yang dianalisa menunjukkan bahwa kadar lemaknya 3,14502772%.
Sehingga kadar lemaknya sudah sesuai literatur.
Berdasarkan nilai SD dan RSDnya, analisa kadar lemak metode soxhlet
memiliki ketepatan yang tinggi karena memiliki nilai SD <0,5 dan ketelitian
yang rendah karena nilai RSDnya >5.
Untuk sampel kacang tanah sangrai
diperoleh kadar lemak rata-rata 44,77561% dengan nilai SD 0,615073% dan RSD 1,373679%. Sedangkan pada
metode soxhlet biasa kadar lemaknya adalah 45,7%.
Sama halnya dengan analisa kadar lemak pada tempe rebus bahwa analisa kadar
lemak denag menggunakan metode sochlet biasa lebih akurat. Hal ini terjadi
karena pada metode soxhlet biasa lemak yang terekstrak yang ditimbang sedangkan
pada modifikasi kehilangan bobotnya yang dihitung. Dalam literatur menunjukan
bahwa dengan pemberian perlakuan panas
maka lemak akan dengan mudah dan cepat terekstrak, sehingga lemak yang
didapatkan juga banyak. Dari hasil praktikum didpat kadar lemak pada sampel
kacang tanah yang masih mentah yaitu dengan nilai 22,4%, tentunya nilai ini
sangat jauh dari nilai kadar lemak modifikasi yang telah mencapai 45%.
Literatur juga menyebutkan bahwa kadar lemak pada kacang adalah 42,8%, sehingga
sampel kacang sangrai telah sesuai dengan literatur. Berdasarkan nilai SD dan
RSD kacang tanah sangrai dapat diketahui bahwa sampel kacang tanah sangrai
memiliki ketepatan dan ketelitian yang sangat rendah. Hal ini dikarenakan nilai
SD >0,5 dan RSD >5.
Sehingga dari pembahasan diatas dapat dikatakan bahwa kadar lemak pada
kacang tanah sangrai lebih besar dari pada pada kacang tanah mentah dan tempe
rebus. Hali ini karena adanya perlakuan pendahuluan yaitu pemanasan sehingga
banyak lemak yang terekstrak keluar.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari kasil praktikum yang telah
dilaksanakan dapat diambil kesimpulan bahwa :
1.Lipid
merupakan senyawa organik yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut non polar,seperti benzene, petroleum eter, aseton, kloroform, dan
alkohol.
2.Penyebab kerusakan
lipid adalah karena adanya penyerapan bau (tainting), hidrolisis, dan oksidasi
serta ketengikan.
3.Sifat fisik
lipid adalah lemak berwujud padat dan minyak berwujud cair pada suhu kamar,
lemak padat berwarna putih kekuningan, tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam pelarut organik non polar seperti eter, alkohol, aseton, khloroform,
benzene, lemak besifat plastis
4.Sifat kimia
lipid adalah tersusun atas ester asam lemak dengan gliserol atau dengan gugus
senyawa lain dan mudah teroksidasi
5.Prinsip
analisa lemak metode Soxhlet modifikasi adalah ekstraksi lemak dengan pelarut
lemak (seperti benzene, petroleum eter, dll). Pelarut akan diuapkan dan
dikondensasi saat melewati kondensor lalu pelarut membasahi bahan dan lemak
bahan akan terekstraksi hingga pelarut turun kembali dan sisa lemak akan dioven
lalu ditimbang serta ditentukan persentase kadar lemaknya.
6.Pengovenan
bertujuan untuk menghilangkan kadar air kertas saring, kadar air bahan serta
menguapkan sisa zat pelarut lemak
7.Eksikator
bertujuan untuk menyeimbangkan kelembapan relatif bahan terhadap lingkungan
sehingga bahan tidak mudah menarik uap air dari lingkungan
8.Petroleum
benzene/eter bertujuan untuk mengekstraksi/ melarutkan lemak pada bahan karena
lemak hanya dapat larut pada pelarut organik non polar.
9. Kadar lemak pada kacang sangrai
palaing tinggi karena adanaya perlakuan pendahuluan yaitu pemanasan sehingga
lemaknya terekstark keluar lebih banyak.
5.2 Saran
Tolong logbooknya dikembalikan biar bisa buat
ngerjakan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono
A et al. 1989. Analisis Pangan.
Bogor: IPB Press.
Astawan,
M., 2009. Selai kacang lemak baik.
http://kompas.co.id [20 oktober 2013].
Astuti, M. (1999) History of the
Development of Tempe. Di dalam Agranoff, J., hlm. 2–13.
Buckle, K.A. 1987. Ilmu Pangan.
Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press)
Brian
J. Sharkey. (2003). Kebugaran Dan
Kesehatan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Buckle
et al. 2007. Food Science.
Penerjemah: Purnomo&Adiono. Jakarta: UI
Press.
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1996. Daftar
Komposisi Kimia Bahan Makanan. Bhatara Karya Aksara, Jakarta.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama.
Jakarta : UI-Press.
Sediaoetama AD. 2008. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi.
Jakarta: Dian
Rakyat
Susanto, T. dan B. Saneto, 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian.
Bina Ilmu, Surabaya.
Tejasari. 2005.
Nilai Gizi Pangan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Widianarko
. 2002. Tips Pangan ”Teknologi, Nutrisi,
dan Keamanan Pangan”.
Grasindo. Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar